Top Menu

Asa Merah Putih Ditengah Mendung Manifesto Mei 98


Medium: Digital art (2D)
Dimensi: A3 (29,7 x 42 cm / 3508 x 4960 px)


Konsep: 
Ironi menghantui sejarah kelam Mei 98 sebagai konsekuensi atas ketamakan politik para penguasa negeri kita kala itu. Nyaring dentum rasa muak para mahasiswa dengan panggung Orde Baru, yang diperburuk dengan siraman kebencian berkedok isu SARA semakin membakar panas tanah ibukota. Tak ayal, reperkusi ini dieksploitasi sebagai ajang propaganda anti kaum minoritas oleh sekelompok oknum yang sekejap mengubah Jakarta menjadi zona huru hara. Melalui lukisan ini, ditunjukkan demarkasi yang tegas atas keterpurukan bangsa kita oleh dosa masa lalu yang tidak kunjung berbuntut. Kita seolah melupakan semua borok dan menenggelamkannya dalam – dalam bersama kepulan asap yang membutakan mata. Ketika sekat ignoransi ini tidak dapat ditembus, kita terpaksa membuka lembaran baru secara prematur dengan asa merah dan putih yang saling merangkul satu sama lain. Hal ini berjalan baik adanya. Kemunafikan yang membawa berkah. Walau asa ditengah guyuran ombak ignoransi ini nampak berdiri tak bergeming pasca reformasi, rintangan sesungguhnya justru datang dari langit mendung pantulan gelapnya manifesto Mei 98 yang telah kita kubur jauh - jauh. Sebuah paradoks eskapisme yang absolut. Ironis. Mungkin sudah merupakan kutukan, mungkin juga memang sudah digariskan sejak Nusantara terbentuk. Kita tidak perlu melawan takdir dan cukup mensyukuri apa yang telah ada. Walau berpaling seolah tidak mengenal, paling tidak kebahagiaan semu ini merupakan harapan soliter yang mampu merekatkan kita sebagai satu entitas. Kita satu.


Post a Comment

All contents and properties are created by (C) 2020 Leonard Chung. You may not use without permission.
Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates